UNSUR - UNSUR POKOK DALAM ANALISA BREAK EVEN POINT
Analisa unsur-unsur yang mempengaruhi break even point yaitu biaya,
volume, harga jual serta laba itu
sendiri
a. Biaya
Menurut Alwi (1994:44) menyatakan
biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis. Sumber ekonomis yang dimaksudkan
adalah suatu sumber yang memiliki adanya sifat kelangkaan (scarcity).
b. Klasifikasi biaya
Masing-masing biaya mempunyai
perbedaan antara biaya yang satu dengan biaya lainnya. Masing-masing perbedaan
tersebut juga tergantung dari sudut pandangnya masing-masing. Namun terkait
dengan Break Even Point klasifikasi dari biaya yang dimaksudkan yaitu
berdasarkan sifatnya. Halim (1995:52) menyatakan bahwa: “Biaya berdasarkan
sifatnya terdiri dari biaya tetap, biaya variable dan biaya semi variabel”.
· Biaya tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap merupakan jenis biaya
yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan melainkan
dihubungkan dengan waktu (fuction of time), sehingga jenis biaya ini akan
konstan selama periode tertentu. Contohnya gaji pegawai, biaya sewa,
depresiasi, bunga hutang, biaya asuransi, dan lain-lain. Beroperasi atau
tidaaknya perusahaan, biaya ini tetap dikeluarkan.
Menurut Alwi (1994:110) menyatakan
bahwa biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang tidak terpengaruh dengan
volume produksi. Atau dengan kata lain, turun naiknya volume produksi tidak
mempengaruhi besarnya biaya yang dimaksudkan. Untuk itu karakteristik biaya
tetap adalah sebagai berikut:
a.
Jumlahnya
tetap dalam suatu periode
b.
Biaya
tetap per unit berbanding terbalik dengan jumlah produksi, dalam arti semakin
besar jumlah produksi maka biaya tetap per unit semakin kecil demikian juga
berlaku sebaliknya.
·
Biaya
Variabel (Variabel Cost)
Biaya
variable merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan
volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variable total.
Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase
tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan
dalam unit. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan mentah, upah buruh
langsung, komisi penjualan, biaya over head pabrik, (biaya yang dikeluarkan
untuk kelancaran proses produksi : biaya listrik, biaya air, biaya pemeliharaan
mesin, dan lain-lain.)
Alwi (1994:112) menyatakan biaya
variable merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan yang besarnya tergantung
volume produksi, semakin besar volume produksi akan diikuti dengan melonjaknya
biaya tersebut dan demikian juga sebaliknya. Dengan demikian karakteristik
biaya variable antara lain:
a.
Jumlahnya
berfluktuasi berdasarkan volume produksi
b.
Biaya
variabel per unit relative tetap seiring dengan bertambahnya volume produksi,
tetapi secara keseluruhan total biaya variable berbanding lurus dengan jumlah
produksi, dimana semakin besar total biaya variable jumlah produksi semakin
besar pula.
·
Biaya
Semi Variabel
Biaya semi variabel adalah biaya
yang memiliki 2 unsur yaitu unsur tetap dan variabel. Unsur biaya yang tetap
adalah biaya minimum untuk menyediakan produk/jasa, sedangkan unsur biaya
variabel adalah bagian dari biaya variabel yang turut dipengaruhi oleh
perubahan volume kegiatan produksi. Biaya semi variaabel adalah biaya yang
perubahannya tidak berbanding lurus dengan perubahan volume kegiatan. Contoh
diantaranya adalah biaya listrik dan air, biaya pemeliharaan dan perbaikan
mesin, biaya pengawasan, biaya pajak penghasilan karyawan yang ditanggung oleh
perusahaan tersebut.
Alwi (1994:114) menyatakan bahwa biaya
semi variable yaitu biaya yang merupakan kombinasi antara biaya tetap dan biaya
variabel. Seperti halnya upah karyawan yang didalamnya termasuk upah tetap dan
intensif karyawan.
c.
Volume Penjualan
Yang dimaksud dengan volume yang
terdapat dalam analisa Break Even Point adalah jumlah unit produksi atau jumlah
unit penjualan.Volume penjualan sangat mempengaruhi besar kecilnya biaya
variabel, semakin tinggi volume penjualan maka semakin tinggi pula biaya
variabel yang dikeluarkan, begitu pula dengan sebaliknya.
d. Harga
Jual
Harga jual per unit adalah sejumlah
uang yang diterima atau piutang yang timbul atas penyerahan barang dan jasa
kepada konsumen dalam setiap unitnya. Harga jual bisa berupa harga jual bersih atau bisa harga jual kotor. Sedangkan yang
digunakan dalam analisa Break Even Point adalah harga jual bersih yang terlepas
dari berbagai macam potongan.
Alwi (1994:234) menyatakan bahwa
harga jual suatu produk pada umumnya adalah kumpulan dari biaya produksi, biaya
penjualan dan biaya lain-lain di tambah dengan sejumlah keuntungan yang
diinginkan produsen yang ditawarkan kepada konsumen. Sedang masing-masing biaya
tersebut mempunyai berbagai karakter yang berbeda antara biaya yang satu dengan
yang lain. Seperti halnya biaya tetap mempunyai karakteristik yang berbeda
dengan biaya variabel.
e.
Tujuan Penetapan Harga
Tujuan penetapan harga menurut
Kotler (1994:491-493) adalah:
(1) survival, (2) maximum current
profit, (3) maximum current revenue, (4) maximum sales growth, (5) maximum
market skimming, (6) product quality leadership.
Penetapan harga jual pada suatu
produk amatlah penting, kesalahan dalam penetapan harga akan berakibat fatal
bagi segi keuangan dan akan mempengaruhi kontinuitas usaha.
Ada beberapa metode yang biasanya
digunakan dalam menetapkan harga menurut Kotler (1994:498-506), yaitu:
1.
Cost Based Pricing
a. Mark
up pricing (cost plus pricing): adalah penetapan
harga jual dengan menambah tingkat keuntungan pada biaya-biaya yang telah
dibebankan pada barang.
b. Target
profit pricing :
adalah penetapan harga jual yang didasarkan atas permintaan.
2. Buyer
based pricing :
adalah penetapan harga jual berdasarkan nilai / citra yang dirasakan konsumen
terhadap produk.
3.
Competition based pricing
a. Going
rate pricing :
adalah penetapan harga jual berdasarkan harga yang ditetapkan oleh pesaing.
b. Sealed
– bid pricing :
adalah penetapan harga jual dalam situasi dimana perusahaan bersaing dengan
cara menetapkan harga jual yang lebih rendah dari harga yang ditetapkan
pesaing.
f.
Laba
Laba adalah keuntungan yang
diperoleh perusahaan, dimana keuntungan ini berasal dari penghasilan setelah
dikurangi biaya.
Alwi (1994:267) menyatakan: “Variabel-variabel
yang membentuk Break Even Point adalah harga jual dan biaya (biaya tetap dan
biaya variabel)”. Kedua variable tersebut saling terkait antara satu dengan
lainnya, perubahaan salah satu dari variabel yang dimaksud mengakibatkan
perubahan besarnya titik Break Even
Point.
Comments
Post a Comment